CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT, KESEIMBANGAN
ASAM BASA
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah essensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan “homeostasis”.
Komposisi Cairan Tubuh
Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan
substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air
Senyawa utama dari tubuh
manusia. Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan
lemak (lean body mass).
2. Solut
(substansi terlarut)
Selain air, cairan tubuh
mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) yaitu berupa elektrolit
dan non-elektrolit.
Elektrolit : Substansi yang berdisosiasi (terpisah)
di dalam larutan dan akan menghantarkan arus listrik. Dalam semua larutan
elektrolit, ada keseimbangan antara konsentrasi anion dan kation.
- Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na+), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K+). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.
- Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida (Clˉ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO43-).
Non-elektrolit : Substansi seperti
glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan
berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis
penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
Cairan dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxyZYD_dM5ocYJQjzDdYJm9tDUmJMuzJyOj56l50e6b2uwdY6POJJ6XIQq41ZtE6PpHZt_soUDYRMumYzR5hLxcdazT1Zd7w5Q6uZbOmBBCkWfDpKxmuxo63Irp0n3hN1vrMrLffdNpoI/s320/Untitledqq.png)
Cairan dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxyZYD_dM5ocYJQjzDdYJm9tDUmJMuzJyOj56l50e6b2uwdY6POJJ6XIQq41ZtE6PpHZt_soUDYRMumYzR5hLxcdazT1Zd7w5Q6uZbOmBBCkWfDpKxmuxo63Irp0n3hN1vrMrLffdNpoI/s320/Untitledqq.png)
Cairan
dalam tubuh tersebut terdiri dari
Cairan Intra seluler (CIS) dan cairan
Ekstra Seluler (CES)
Macam
macam cairan ekstra seluler :
·
Plasma
·
Cairan interstisial:
- Cairan
limfe
- Aqueous humor & vitreous body
- Cairan
serebrospinal
- Endolimfe, Perilimfe
- Cairan
synovial
- Cairan pleura,
pericardium, peritoneum
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel.Ginjal mengontrol
volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan.Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam
urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut.
1.
Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma.Sebaliknya,peningkatan volume cairan ekstrasel
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume
plasma.Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan
darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air.Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap,maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh.hal ini
terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh
dengan lingkungan luarnya.Water turnover dibagi dalam:
1. eksternal fluid
exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan
2. Internal fluid
exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen seperti
proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memperhatikan
keseimbangan garam.Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga
perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan
keluarannya.Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan
jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya.Tetapi,
seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari
kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk
mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam
yang dieksresi dengan cara:
1) mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
2) mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+
yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan
darah.Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi
Na+ di tubulus distal dan collecting.Retensi Na+ meningkatkan retensi air
sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah
arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron,Atrial Natriuretic Peptide
(ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.Hormon ini
disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume
plasma.Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan
eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2.
Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut)
dalam suatu larutan.semakin tinggi osmolaritas,semakin tinggi konsentrasi
solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air
lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air
lebih rendah).
Osmosis
hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus
membran plasma di intrasel dan ekstrasel.Ion natrium merupakan solut yang
banyak ditemukan di cairan ekstrasel,dan ion utama yang berperan penting dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel.sedangkan di dalam cairan
intrasel,ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan
intrasel.Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan
perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas
osmotik di kedua kompartmen ini.
Pengaturan
osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui :
Perubahan
osmolaritas di nefron
Di sepanjang
tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada
akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara
keseluruhan di dukstus koligen.Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di
tubulus proksimal (300 mOsm).Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat
permeable terhadap air,sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke
kapiler peritubular atau vasa recta.Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen
tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding
tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus.Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa
osmosis air.Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen
menjadi hipoosmotik.Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen
bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH).Sehingga urine yang
dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan
ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel
(>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan
dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin.Vasopresin akan
dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan
reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus
koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks
duktus koligen.
Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan
terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta.Hal ini menyebabkan urine yang
terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat,
sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
selain itu,rangsangan pada
osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel
juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku
untuk membatasi haus,dan cairan di dalam tubuh kembali normal.
Pengaturan Neuroendokrin dalam
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan,pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit
diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin.Sistem saraf mendapat
informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui
baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di
hypotalamus,dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium.Sedangkan dalam
sistem endokrin,hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan
cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan
meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara,jika terjadi peningkatan
volume cairan tubuh,maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi
volume natrium dan air.
perubahan volume dan
osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan,diet,stres,dan penyakit.
Hormon Yang Terkait Keseimbangan
Cairan Dan Elektrolit
1. ADH
Hormon utama
yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah ADH dan Aldosteron.
Keadaan kekurangan air akan meningkatkan osmolitas darah dan keadaan ini akan direspon
oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan menurunkan produksi urine
dengan cara meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal. Selama periode
sementara kekurangan volume cairan, seperti yang terjadi pada muntah dan diare
atau perdarahan, jumlah ADH di dalam darah meningkat. Akibatnya, reabsorpsi air
oleh tubulus ginjal meningkat dan air akan
dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi. Dengan demikian haluaran urine
akan berkurang sebagai respon terhadap kerja Hormon ADH ini.
2.
ALDOSTERON
Aldosteron
merupakan suatu mineralokortikoid yang diproduksi oleh korteks adrenal.
Aldosteron
mengatur keseimbangan natrium dan kalium dengan menyebabkan tubulus ginjal
mengekskresi
kalium dan mengabsorpsi natrium. Akibatnya, air juga akan direabsorpsi dan
dikembalikan
ke volume darah. Kekurangan volume cairan, misalnya karena perdarahan atau
kehilangan
cairan pencernaan dapat mensekresi aldosteron ke dalam darah.
3.
GLUKOKORTIKOID
Hormon kelas
tiga, Glukokortikoid, memengaruhi keseimbangan air dan elektrolit. Sekresi
hormon
glukokortikoid secara normal tidak menyebabkan ketidakseimbangan cairan utama,
namun
kelebihan hormon di dalam sirkulasi dapat menyebabkan tubuh menahan natrium dan
air yang kita kenal sebagai sindrom Cushing.
Keseimbangan Asam Basa Dalam
tubuh
Didalam tubuh
gas CO2 dapat berereksi dengan air membentuk asam karbonat,
disamping itu asam dapat berasal dari
proses metabolisme.
Asam ada yang mudah terurai dalam tubuh, misalnya H2CO3
dan ada yang tidak dapat terurai, misalnya asam laktat
Keseimbangan
asam basa dalam tubuh perlu dijaga, karena adanya perubahan ion Hidrogen atau pH sedikit saja dari nilai
normal dapat menyebabkan gangguan kesetimbangan dalam tubuh dan dapat menyebabkan kematian.
Keseimbangan Asam Basa dalam tubuh tergantung pada
konsentrasi ion H+
Konsentrasi ion Hidrogen cairan ekstraseluler dalam
keadaan normal = 4 x 10-8 M
pH = 7,4
pH normal darah arteri
= 7,4
Gangguan Keseimbangan asam Basa
Asidosis:
Depresi sistem saraf pusat, koma, mati
Asidosis metabolik dan
alkalosis metabolik, salah satu penyebabnya karena ketidak seimbangan dalam pembentukan
dan pembuangan asam basa oleh ginjal
Asidosis respiratorik dan
alkalosis respiratorik terutama Di sebabkan oleh kelainan pada pernafasan
Tubuh menggunakan 3 sistem
untuk mengendalikan keseimbangan asam
– basa yaitu:
- Sistem Penyangga (Buffer)
Ø
Mencegah perubahan ion Hidrogen secara berlebihan
Ø
Dapat bekerja beberapa detik untuk mencegah perubahan
ion Hidrogen
- Sistem pernafasan
Ø
Mengatur perlepasan gas CO2 melalui
pernafasan
Ø
Mengatur H2CO3 dalam tubuh
Ø
Memerlukan waktu beberapa menit Jika (H+) berubah,
pusat pernapasan segera terangsang untuk
mengubah kecepatan pengeluaran gas CO2
dari cairan tubuh, sehingga (H+) kembali
normal ,memerlukan waktu 3 sampai 12
menit
- Ginjal
Ø
Mengatur kelebihan asam atau basa
Ø
Bekerja
beberapa jam sampai beberapa hari
Larutan Buffer dan fungsinya
dalam tubuh
Ø
Buffer Bikarbonat (H2CO3 / BHCo3)
Terdiri dari campuran H2CO3 dan
NaHCO3 Kelebihan H+ di ikat oleh HCO3-
H+ + HCO3-
H2CO3
Buffer ini terdapat dalam semua cairan tubuh berperan
penting dalam menunjang keseimbangan asam – basa
Ø
Buffer Protein
Sangat penting untuk menetralkan kelebihan asam karbonat dalam plasma
Protein + H+ H-
Protein
Ø
Buffer Phosfat
Terdiri dari
binatrium dan mononatrium fosfat (Na2HPO4 dan NaH2PO4
). Sangat penting untuk sel darah merah
dan ginjal
H3PO4= + H+ H3PO4-
Ø
Buffer Hemoglobin
Sangat penting untuk menetralkan kelebihan H2CO3 dalam eritrosit
CO2 + H2O
H2CO3
H2CO3 + Hb HCO3- + H+HbO
H2CO3 + HbO2 HCO3- + H+HbO
Tanda Dan Gejala
Gangguan
Keseimbangan Cairan dan eletrolit tubuh
Gangguan
Keseimbangan Cairan
1.
Dehidrasi : adalah gangguan dalam
keseimbangan cairan atau air
pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada
pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai
dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidarasi terjadi karena
- kekurangan zat natrium;
- kekurangan air;
- kekurangan natrium dan air.
Dehidrasi terbagi dalam tiga jenis berdasarkan penurunan berat badan, yaitu
Dehidrasi ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)
Dehidrasi sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat
badan)
Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen
dari berat badan).
Selain mengganggu keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sudah sangat berat,
dehidrasi bisa pula berujung pada penurunan kesadaran, koma, bahkan bisa saja
meninggal dunia. Dan Jangan coba-coba menurunkan berat badan dengan cara
dehidrasi karena anda akan menanggung resiko gangguan pada ginjal anda.
Penyebab terserang dehidrasi diantaranya intens, muntah, demam, atau
berkeringat yang berlebihan.
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan
Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1.
Hiponatremia
Definisi : kadar Na+ serum di
bawah normal
Causa : CHF, gangguan ginjal
dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison
Tanda dan Gejala :
- Jika Na plasma
turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala
dan keram otot.
- Jika Na plasma
turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi,
kejang, disorientasi dan koma.
Mungkin pasien memiliki
tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
Jika hiponatremia terjadi
sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti
hipotensi dan takikardi.
2.
Hipernatremia
Definisi : Na+ serum di atas
normal (>145 mEq/L)
Causa : Kehilangan Na+ melalui
ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus,
sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau
karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala :
- iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder
terhadap hipernatremia.
3.
Hipokalemia
Definisi : kadar K+ serum di
bawah normal
Etiologi
Kehilangan K+ melalui saluran
cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom
malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
Diuretik
Asupan K+ yang tidak cukup
dari diet
Ekskresi berlebihan melalui
ginjal
Maldistribusi K+
Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala :
- Lemah
(terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik,
penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi
myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik
ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan
gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
4.
Hiperkalemia
Definisi : kadar K+ serum di
atas normal (> 5,5 mEq/L)
Etiologi :
Ekskresi renal tidak adekuat;
misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat
ACE.
beban kalium dari nekrosis sel
yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka
bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau
rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti
garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
Perpindahan dari intra ke
ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau
peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
Insufisiensi
adrenal
Pseudohiperkalemia. Sekunder
terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama
- Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala :
- Efek
terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan
perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada
permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan
interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+
= 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola
sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10
mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan
paralisis ascenden.